WR Instika: Kecakapan digital berkaitan kesantunan dunia digital

WAKIL Rektor INSTIKA Pondok Pesantren Annuqayah M Mushthafa mengatakan kecakapan digital berkaitan dengan kesantunan dalam berinteraksi di dunia digital.

“Kecakapan digital akan terkait dengan kesantunan dalam berinteraksi di dunia digital, dan bagaimana mahasiswa diberi bekal agar tidak terjerumus dalam sisi-sisi negatif dari dunia digital yang semakin menguasai kehidupan kita,” ujar Mushthafa dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan, media digital membuat orang bisa mengakses banyak sumber dan bisa menyampaikan pendapat. Demokrasi bisa dilaksanakan di dunia digital, lanjut dia, tapi media digital dengan algoritmanya bisa membuat seseorang selalu mendapatkan informasi yang hampir sama secara terus menerus.

“Akhirnya yang terjadi, seseorang ini tidak semakin kaya dengan informasi dengan dunia digital, tapi semakin mengkerdilkan kita semua. Makanya dunia digital ini jangan sampai menjerumuskan kita dengan algoritma yang bekerja dalam sistem digital itu. Maka kecakapan digital ini menjadi penting untuk mahasiswa agar tidak terjerumus dari efek buruk dunia digital,” jelas dia.

Sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD) dan Kaukus Muda Indonesia (KMI) melaksanakan hari kedua dari rangkaian kegiatan Seminar Literasi Digital Pesantren di Kampus Institut Keislaman (INSTIKA) Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Oleh karena itu, Kemenkominfo menyelenggarakan Seminar Literasi Digital Pesantren dengan materi yang didasarkan pada 4 pilar utama literasi digital; kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital.

Praktisi literasi digital, Hariqo Satria, mengatakan bahwa media sosial harus digunakan secara bijak dan jangan berlebihan.

“Jangan pernah merasa bahwa kalau kita melakukan percakapan melalui aplikasi pesan itu adalah percakapan pribadi. Sekarang semuanya bisa di-screenshot. Orang bisa dinilai dari percakapan, terlihat santun atau tidaknya. Jadi jangan mudah memberikan rahasia lewat pesan atau media sosial lainnya,” jelas Hariqo.

Praktisi literasi digital lainnya, Rofiatul Rofiah, mengatakan memang benar sifat seseorang bisa terlihat dari apa yang dia posting di media sosial.

“Perilaku itu akan menciptakan kesehatan anda. Kesopanan ini lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan. Kepribadian itu meliputi akhlak, perilaku, etika dan moral yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Beberapa contoh perilaku yang baik di media sosial, yang pertama tidak menggunakan kalimat provokatif dan SARA. Buatlah konten yang bermanfaat dan jangan buat berita bohong. Jangan seenaknya membagikan artikel atau gambar yang ada hak ciptanya. Dan berikan komentar yang relevan jika ingin berkomentar di media sosial,” kata Rofiatul. (Antaranews/mk90)

* Note: Dilarang menduplikasi berita ini tanpa seizin pihak Antara News.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *