Pertamina Kebut Proyek Kilang Bontang

Jakarta: PT Pertamina (Persero) tengah melakukan upaya percepatan proyek Grass Root Refinary (GRR) atau pembangunan kilang baru Bontang. Pembangunannya ditargetkan bisa diselesaikan dalam satu hingga dua tahun.

Foto: Ilustrasi Pertamina

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan saat ini Pertamina masih mempelajari konsep baru yang kemungkinan diterapkan untuk membangun kilang tersebut.

Konsep baru yakni menggabungkan lelang rancangan konstruksi atau Engineering, Procurement and Construction (EPC) dengan Front End Engineering Design (FEED). Artinya dengan konsep tersebut hanya akan ada satu kontraktor yang mengerjakan proyeknya.

“Memang menjadi satu pola itu namanya dual feed competition. Itu di Kilang Exxonmobil Singapore kemarin juga begitu. Jadi sekali lelang saja,” kata Tallulembang, di Jakarta, Selasa, 28 Mei 2019.

Dengan konsep tersebut, Pertamina bisa menekan biaya proyek agar lebih efisen. Tallulembang mengatakan untuk mencari partner atau kontraktor sebagai mitra dalam membangun kilang anyar Pertamina bakal melakukan kunjungan ke berbagai perusahaan yang memiliki reputasi bagus dalam mengerjakan proyek kilang.

“Nanti akan ada road show ke perusahaan-perusahaan yang memang ada reputasi membangun untuk melakukan percepatan. Itu bisa maju 1-2 tahun,” tutur dia.

Selain sebagai mitra dalam membangun, kontraktor tersebut juga mesti menyiapkan pendanaan serta memikirkan pasokan crude atau minyak mentah yang akan diolah di kilang tersebut.

Total nilai investasi untuk proyek ini sebesar Rp197,58 triliun. Dana tersebut digunakan untuk membangun kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari dan pabrik Petrokimia. Diharapkan proyek ini bisa mulai beroperasi pada 2025.

Lebih jauh Pertamina juga masih menyelesaikan permasalahan lahan di kilang tersebut. Kilang Bontang yang masih kekurangan lahan 500 hektare. Kebutuhan lahan untuk kilang ini sekitar 900 hektare. Namun negara hanya mampu menyediakan 400 hektare.

“(lahan negara) itu kurang karena kan hanya kilang saja. Sementara kita inginnya sama petrochemical jadi enggak cukup. Kita akan cari lahan di situ juga kalau ada, sekarang sih ada alternatif di situ,” tutup dia. (Red/MK/Medcom)


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *