TARAKAN, mediakaltara.com – Perkawinan adat Sulawesi Selatan saat di daerah perantauan seperti yang ada di kota Tarakan, dinilai jarang menampilkan pertunjukan Ganrang Pamanca. Hal ini disebabkan sulitnya mencari para pemain musiknya dan alat music yang digunakan. Namun untuk kembali menghidupkan pertunjukan Ganrang Pamanca ini pada prosesi pernikahan anak dari Bapak Anas, (18/8/2019) kesenian ini di tampilkan oleh sejumlah pemuda bugis agar dapat dikenal dan tetap dilesatarikan meski berada di perantauan.
Saat di temui, Salah satu Pemerhati kesenian Bugis di Tarakan, Edi Nurddin Abham mengungkapkan, Perkawinan adat Makassar yang disebut pa’buntingang, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa rangkaian adat yang menjadi prosesi penting, diantaranya pertunjukan pesta keramaian disebut dengan passua’-suarrang yang erat kaitanya dengan kekerabatan keluarga maupun calon pengantin. Sementara dalam ranah pertunjukan, salah satunya dengan menghadirkan kelompok masyarakat pesilat yang di sebut Pamanca, yaitu jenis kesenian pencak silat beladiri khas Makassar, menyajikan seseorang hingga dua orang melakukan gerak silat, yang di iringi musik ganrang pamanca.
“Tapi dalam pernikahan cucu saya ini kita tidak menampilkan pertunjukan silatnya, hanya iringan musiknya saja. Jadi alat music yang digunakan ini yaitu gendang, lalu gong, dan simbal berukuran mini, Sebenanrya juga bisa di kolaborasikan dengan lesung. Jadi ganrang pamanca ini tidak hanya di tampilkan saat prosesi perkawinan saja, biasanya dalam acara kebudayaan, dan acara keagamaan juga di tampilkan,” jelas mantan ketua Kerukunan keluarga Masyarakat Pangkep (KKMP) Tarakan ini.
Edi Nurddin Abham juga mengaku, selama di Tarakan hampir tidak pernah melihat lagi pertunjukan ganrang pamanca saat prosesi pernikahan adat Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, dirinya bertekat untuk melestarikan budaya ini lewat pemuda Sulawesi selatan yang tinggal di kota Tarakan.
“Untuk mempertahankannya di daerah perantauan, kami hidupkan kembali melalui anak-anak muda. Rencanya dalam waktu dekat kita akan mebangun sanggar kesenian bugis, agar pemuda Sulawesi Selatan di perantauan tetap mengetahui adat budayanya. Selain pertunjukan ganrang pamanca, mempelai pria tadi juga di tandu sampai ke tempat mempelai wanita, seperti raja yang di sebut Bala Suci,” tuntasnya. (rt20)
Leave a Reply