Dewan Masjid Indonesia Ingin Sektor Ekonomi Bertumbuh

Jakarta: Dewan Masjid Indonesia (DMI) mendorong agar masjid dapat membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitarnya. Masyarakat didorong untuk memakmurkan masjid.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Rudiantara.

Ketua (DMI) Rudiantara mengatakan masjid dan masyarakat harus memiliki hubungan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Pasalnya kerap terjadi di tengah berdirinya masjid yang megah masih ditemukan masyarakat sekitar yang tidak mampu.

“Tidak bisa setengah jalan umat Islam memakmurkan masjid, tidak hanya kencelngnya banyak, masjidnya bagus, tapi bagaimana masjid bisa memakmurkan masyarakat di sekitarnya,” ujar Rudiantara saat ditemui dalam acara Masjid Milineal oleh Pemuda remaja Islam Masjid Al-Amin (Prisma), Radio Dalam, Jakarta Selatan, Sabtu, 18 Mei 2019.

Atas dasar tersebutlah, ia meminta agar di masjid dapat tumbuh perkonomian yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Sehingga masjid tidak hanya diperuntukan untuk umat beragama muslim melainkan masyarakat yang memeluk agama lain dapat ikut merasakan hadirnya masjid.

“Masjid ini tempat berkumpul dari jaman Rasulullah, masjid bukan hanya tempat ibadah, mengaji sholat, tapi membahas mengenai masyarakat dan sosial bahkan berdagang,” ujarnya.

Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) ini meminta anak muda sebagai roda penggerak dari tumbuhnya aktivitas sosial dan perkonomian di masjid. Pasalnya kalangan anak muda dipercaya mampu mewujudkan terbosan-terbosan melalui ide kreatifnya.

“24 persen dari kaum milineal yang muslim dan muslimah bisa menggerakkan ekonomi di kita, di Bandung ada juga percontohan (sistem ekonomi), semuanya anak muda-muda,” imbuhnya

Lebih lanjut, Rudi memastikan DMI akan membantu agar terwujudnya sistem perekonomian kerakyatan yang dikelola oleh anak muda. Salah satunya dengan memberikan data-data secara rinci masjid-masjid yang potensial untuk dikembangkan.

“Sampai saat ini, masjid ini di Indonesia 250 ribu, kalau musala atau langgar itu ada 550 ribu, di Jakarta khusunya ada 3300 dan kita punya data basenya, berapa luas tanahnya, status tanahnya wakaf atau serikat, ada lapangan parkir ada atau tidak,” pungkasnya.

Sumber: medcom.id


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *