Jakarta: Pelanggaran yang terjadi di pasar dagang ayam diyakini kuat telah terjadi. Kondisi ini dinilai terjadi lantaran peran para mafia kartel yang membuat anjloknya harga ayam di tingkat peternak tetapi justru tinggi di tingkat pedagang.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan masalah anomali harga pangan tersebut tidak selalu berpijak pada teori pasokan dan kebutuhan. Mantan Kabareskrim Polri ini mengaku paham betul kehadiran mafia pangan di berbagai daerah tengah bermain.
“Ini bukti permainan kartel, harga daging ayam tetap mahal tapi yang dikorbankan peternak. Penjahat itu seenaknya dan ini tidak boleh terjadi,” kata Buwas ditemui di gedung Bulog Corporate University, Jakarta Selatan.
Buwas menilai negara mestinya bisa hadir mengawal stabilitas kebutuhan pangan masyarakat. Para broker di peternakan selama ini bergerak bebas tanpa ada pengawasan ketat dari pemerintah. Sementara peran mereka cukup besar dalam mengendalikan harga di pasaran.
“Cobalah urusan pangan serahkan seperti dulu Bulog menguasai, cadangan pangan Pemerintah atau negara itu ada di Bulog,” ujarnya.
Bulog, kata dia, siap mengemban tugas yang lebih luas untuk bisa menyerap daging ayam dari peternak mandiri. Namun demikian, diperlukan dorongan kuat dalam pendanaan di samping izin yang diberikan.
“Kalau Bulog mau dibesarkan pasti siap (menyerap daging Ayam) karena pasti didukung dengan anggaran. Seperti sekarang pasarnya dikecilkan dan kewenangannya dibatasi, mau berbuat apa,” ungkapnya.
Bulog diyakini bisa menjadi pelindung baik produk yang dihasilkan peternak maupun stabilitas harga di tingkat konsumen. Meski saat ini belum memiliki alat yang memadai, Bulog bisa leluasa melakukan kerja sama selama memiliki kewenangan penuh.
“Bulog tidak punya cold storage suruh serap ayam mana bisa, paling tidak kita bisa kerja sama dengan pengusaha-pengusaha peternak besar agar mereka ikut membeli dari peternak mandiri yang sekarang kesulitan,” ucapnya. (red/mk/medcom.id)
Leave a Reply