TARAKAN, mediakaltara.com – Diresmikannya kawasan kuliner Tarakan Baya Ngakan Mayo (Bangayo) di depan Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB), dengan system transaksi non tunai QR Code Indonesian Standard (QRIS) melalui aplikasi dompet elektronik, diharap mampu membiasakan masyarakat Tarakan.

Usai peresmian, Walikota Tarakan, Dr. Khairul M.Kes mengungkapkan, selain mensosialisasikan transaksi non tunai, pihaknya juga bermaksud mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan kuliner Pedagang kaki lima (PK5).

“Ini menjadi suatu alternatif bagi masyarakat Tarakan, dan wisatawan karena ini bukanya agak lama sampai pukul 12 malam (00.00 Wita). Karena tagline kita Smart city kedepan mempermudah semua transaksi ini dengan non tunai, untuk mempermudah masalah uang kembalian karena kadang-kadang orang ribut soal uang kecil. Misal kalau di kasih kembalian permen ribut. Selain itu mengurangi kejahatan, jika ada pencuri uang agak sulit, karena uangnya dalam bentuk elektronik, dan dilindungi PIN. lalu mengurangi biaya pencetakan uang tunai, karena cetak uang itu pakai uang juga dari APBN. Termasuk juga untuk pemerintah daerah semua Transaksi penjualan disini juga bisa terpantau baik jumlahnya berapa satu malam, sampai satu bulan, termasuk pajak juga bisa lebih mudah,” ungkap Khairul, Sabtu (12/10/2019).

PENANDATANGANAN Prasasti Kawasan Kuliner Tarakan, Oleh Walikota Tarakan

Ia mengatakan, di bangayo memang di batasi untuk 22 tenant saja yang berjualan. Namun kedepan akan buat lagi di tempat lain. Sementara ini dulu agar tidak saling mematikan.

“Tapi yang pasti seperti pasar buah akan kita pindahkan di depan telaga keramat,. Itu sudah kita rencanakan semua. Kemudian PK5 lain yang masih berjualan di pinggir-pinggir secara perlahan bisa jadikan satu tempat,” terangnya.

Terkait kendala soal jaringan kata walikota, pihaknya berharap agar Telkom bisa memberikan pelayanan terbaiknya untuk masyarakat Tarakan, sehingga kegiatan transaksi non tunai dapat berjalan dengan baik.

dr. Khairul, M.Kes mencoba transaksi pembayaran menggunakan aplikasi QRIS

“Jadi nanti Setelah jam 12 malam, lokasi ini beralih menjadi pasar tani hingga pukul 05.00 Wita pagi. Jadi para petani sayur-sayuran, akan membawa hasilnya untuk dijual di tempat ini. Kita mengharapkan juga kepada para penjual agar setelah berjualan jalanan ini dan sekitarnya bersih seperti tidak terjadi apa-apa,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Kaltara, Hendik Sudaryanto menuturkan, konsep awal kawasan kuliner ini untuk menggandeng UMKM mengembangkan pariwisata. Kemudian mencari tempat dimana orang-orang Tarakan bisa berkumpul, dan bagi wisatawan yang ingin keluar malam.

“Kalau Prinsip non tunai jelas untuk memudahkan masyarakat supaya lebih inklusif, artinya semua bisa. Akan lebih efektif menggunakan non tunai.  Yang paling penting adalah mengubah pemikiran masyarakat bahwa transaksi tidak hanya tunai saja. Dengan non tunai ini akan membuat perekonomian lebih efisien. Tidak di pungkiri tunai tetap ada namun porsinya dikurangi. Non tunai juga di bagi menjadi tiga yaitu berbasis kartu, berbasis uang elektronik, dan dompet elektroik. Kalau di kawasan kuliner ini berbasis dompet elektronik. Memang masih baru, namun jika masyarakat terbiasa, nanti sudah menjadi hal yang mudah. Kalau dompet elektronik menggunakan Qode Barcode (QR) untuk melakukan transaksi,” tutupnya. (rt20)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini