Menyegarkan Kabinet

Jakarta: Presiden Terpilih periode 2019-2024 Joko Widodo bertekad membentuk kabinet efektif serta responsif terhadap tantangan perubahan global yang sangat cepat. Salah satunya, membentuk kabinet yang akan lebih banyak mengakomodasi kaum muda ketimbang Kabinet Kerja jilid I saat ini.

Presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.

Gayung bersambut. Rencana ini direspons positif partai pengusung Jokowi di Pilpres 2019. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding menilai gagasan ini didasari kriteria menteri yang diinginkan Jokowi di periode mendatang.

“Bahwa dia (Presiden Jokowi) inginnya menteri-menteri yang cepat, menteri-menteri yang eksekutor, yang memiliki kepemimpinan kuat, manajerial yang bagus. Beliau inginnya juga banyak anak-anak muda yang masuk,” kata Karding di Kompleks Parlemen Senayan.

Karding tak mengetahui pasti menteri muda dimaksud Jokowi apakah datang dari kalangan partai politik atau non partai politik. Namun, menurut Karding, Jokowi sudah menyampaikan tak ingin membedakan antara partai atau profesional.

“Dikotomi seperti itu memang tidak baik,” ungkap Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin itu.

Kemudian, Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate menilai gagasan mengakomodasi menteri muda sejalan dengan visi misi Jokowi yang termuat dalam Nawacita. Gagasan menteri muda dianggap jadi bentuk regenerasi dan penyegaran kabinet.

Menurut Johnny, regenerasi cukup penting dilakukan di pemerintahan. Regenerasi juga dinilai penting dilakukan di tubuh partai politik, atau lembaga lain seperti organisasi massa.

“Kan kita saat ini membutuhkan betul SDM (sumber daya manusia). Ini juga kan sesuai dengan visi misi Pak Jokowi: SDM dan platform digital,” ucap Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf Amin itu.

Di sisi lain, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily berharap menteri muda yang dipilih bisa bersikap tegas. Menteri muda harus pula kuat mental menghadapi tokoh senior dalam pemerintahan. Paling penting, kata dia, punya kemampuan mengelola kepemimpinan.

“Kemudian punya kemampuan untuk mengeksekusi, mengambil kebijakan yang bersifat eksekutorial. Jadi dia mampu untuk mengambil kebijakan secara cepat, tepat, sehingga implementasi kebijakan di lapangannya bisa berlangsung dengan sebaik-baiknya,” kata Ace.

Menteri Muda Tak Sebatas Usia

Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Eriko Sutarduga menyebut wacana menteri muda di kabinet baru tidak sekadar persoalan usia. Sosok muda dimaksud dalam arti kapasitas dan kapabilitasnya.

Menurut Eriko, muda tidaknya seseorang tidak bisa dibatasi semata oleh umur. Ia merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut orang berusia 60 tahun juga masih tergolong muda.

“Jangan deskripsikan muda harus di bawah 30 tahun. Yang penting progresif dan tidak diam di belakang meja,” kata Eriko.

Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani berharap pertimbangan calon menteri tak sekadar soal usia muda. Bagi Arsul, persoalan mampu atau tidaknya seseorang menjadi menteri tak sekadar diukur dari usia. Sebab, usia diyakini tak melulu sejalan dengan kemampuan yang dimiliki.

“Umur itu tidak linier dengan katakanlah kemampuan kerja, cara berpikir, kepintaran, kan tidak linier seperti itu,” ungkap Arsul.

Sementara, pengamat Politik Ray Rangkuti membaca usia muda yang dimaksud Jokowi tidak berarti terbatas di bawah umur 40 tahun. Menurut Ray, menteri muda bisa juga bermakna mereka yang berusia di bawah 55 tahun.

Ray meyakini, umumnya partai politik pengusung Jokowi akan menyodorkan kadernya yang berusia di atas 40 tahun.

“Sebab, kematangan kader partai umumnya berada di usia 50 tahun,” ucap Ray.

Ray mengatakan, situasi ini ada hubungannya dengan efek gagalnya pembangunan politik di era Orde Baru. Akibatnya, yakni kemandegan regenerasi politik. Dengan begitu, kematangan dalam politik selalu terlihat ketika berusia di atas 50 tahun.

“Itulah sebabnya, secara realistis usia muda yang disebutkan Pak Jokowi itu berbatas pada umur 55 tahun.

Calon Menteri Muda Potensial

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies Jerry Massie memunculkan sejumlah sosok muda yang dinilai layak masuk kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin. Misalnya, Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir, dan politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko.

Tiga sosok itu dianggap memiliki pengalaman dan rekam jejak kepemimpinan baik. Jerry juga menyinggung nama Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Putra sulung Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu dinilai boleh juga mengisi posisi menteri.

Politikus Partai NasDem Taufik Basari juga disebut cocok sebagai menteri di kabinet Jokowi-Ma’ruf. Taufik dinilai berpengalaman di bidang hukum.

“Taufik sangat paham akan masalah hukum karena ini spesialisasinya. Sudah dua kali dia jadi tim pembela Jokowi di MK,” ungkap Jerry.

Jerry menyarankan pula Jokowi mencari menteri muda dari generasi milenial yang bergerak di bidang start up (perusahaan rintisan). Hal ini demi menjawab tantangan ekonomi global.

“Kalau bisa Jokowi mencari milenial yang sukses yang bergerak di bidang (perusahaan rintisan berstatus) unicorn,yang lagi naik daun,” ujar dia.

Beberapa parpol pengusung Jokowi mengklaim siap menyodorkan kader mudanya duduk di kabinet. Ketua DPP Partai NasDem Irma Suryani Chaniago menyebut salah satu sosok muda yang dinilai mumpuni menjabat sebagai menteri adalah Prananda Surya Paloh.

“Saya kira politik itu dinamis ya, NasDem juga punya politikus muda, seperti Prananda Surya Paloh,” ucap Irma. (medcom.id)


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *