JAKARTA – Anggota Fraksi NasDem DPR RI yang juga Ketua Kaukus Nuklir Parlemen Indonesia, Kurtubi, memandang saat ini teknologi nuklir terus berkembang menuju listrik tenaga nuklir (PLTN) yang lebih aman, efisien dan lebih murah.
“Meski Bung Karno sejak tahun 1950an sudah memimpikan agar Indonesia bisa memanfaatkan energi atom untuk kesejahteraan rakyat, yang diikuti dengan kebijakan membentuk lembaga negara BATAN, menyiapkan SDM dengan membuka Jurusan Nuklir di beberapa Perguruan Tinggi,” kata Kurtubi saat menghadiri Konferensi Industri Nuklir Asia di Beijing, Cina, Rabu (19/6).
Kurtubi menerangkan membangun tiga PLTN mini di Bandung, Yogyakarta dan Serpong sebagai experimental pemanfaatan di bidang kedokteran, pertanian dan pangan membawa Indonesia dapat masuk menjadi Anggota IAEA.
Kendati demikian, kata Kurtubi, belum ada satupun PLTN skala besar yang bisa menghasilkan listrik untuk rakyat dan industri berbeda dengan di negara-negara lain.
“Negara – negara sahabat yang pemimpinnya dekat dengan Bung Karno di era tahun 1950an, seperti India dan Cina, dalam soal nuklir, mereka jauh di depan kita. Seperti contoh, India kini sudah punya 20 an unit PLTN, Cina sudah punya lebih 40 unit PLTN dan terus dibangun yang baru,” tambahnya.
Kurtubi menambahkan saat ini Cina sedang konsentrasi untuk membangun negaranya menjadi negara industri maju.
Saat ini, kata dia, sekitar 10 sarjana S1 nuklir Indonesia sedang kuliah pascasarjana di Tsinghua University Beijing, perguruan tinggi dengan Program Teknologi Nuklir terbaik di Cina dan nomor 15 terbaik dunia.
Lebih jauh Kurtubi mengatakan apabila ingin segera menyamai Amerika total pembangkit listrik di Cina sekitar 1200 Giga Watt. Sedangkan di Indonesia total pembangkit hanya sekitar 62 Giga Watt. Belum lagi infrastruktur dan kereta api supercepat buatan sendiri dan fasilitas lain.
“Kita juga ingin menjadi negara industri maju dengan tingkat kemakmuran rakyat yang tinggi. Ini tidak mungkin tercapai tanpa didukung kemampuan pasok listrik yang besar untuk terjadinya industrialisasi,” tukasnya.
Politisi asal Sasak, Lombok, NTB ini pun mendorong lahirnya industri berbasis tambang yang mampu mengintegrasikan tambang di hulu dengan industri hilir dari produk tambang.
Menurut dia, hal itu membutuhkan kemampuan supply listrik yang besar.
Kurtubi melihat saat ini sudah waktunya bangsa Indonesia berhenti takut terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir dan mulai menatap dunia industri yang mendunia.
“Teknologi PLTN kini sudah jauh lebih aman dan lebih murah, bahkan listrik dari PLTN SMR sudah lebih murah dari listrik batubara PLTU. Selain itu, PLTN jauh lebih bersih, nyaris zero CO2, NOx, SOx dan debu,” pungkasnya. (Red/MK*)
Leave a Reply