TARAKAN, mediakaltara.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara merilis, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada bulan Juni 2022 mengalami inflasi sebesar 0,53 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat 0,76 persen (mtm).
Perkembangan ini dipengaruhi turunnya tekanan inflasi khususnya pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, terutama untuk komoditas sawi hijau, tomat dan bayam, yang pada bulan sebelumnya sempat mengalami tekanan inflasi cukup tinggi.
Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatat 3,22 persen (ytd) setelah pada bulan sebelumnya tercatat sebesar 2,67 persen (ytd). Ke depan Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah baik di pusat maupun di daerah guna mencapai inflasi di dalam kisaran sasaran 3±1 persen (yoy),” demikian pernyataan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara dalam rilisnya yang diterima awak media ini, Selasa (5/7/2022).
Dua kota penyumbang IHK Kaltara yaitu Tarakan dan Tanjung Selor, masing-masing tercatat inflasi sebesar 0,22 persen (mtm) dan 1,78 persen (mtm). Dari total 90 Kota IHK nasional, Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing menduduki peringkat 81 dan 4 inflasi tertinggi.
“Turunnya tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh deflasi pada beberapa komoditas sayur-sayuran, setelah pada periode sebelumnya sempat mengalami inflasi yang cukup tinggi,” lanjut KPwBI Provinsi Kaltara.
Komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan terbesar yaitu sawi hijau (-0,07 persen), bayam (-0,03 persen), dan kangkung (-0,03 persen). Deflasi yang terjadi pada komoditas tersebut di dorong oleh tersedianya sentra produksi untuk komoditas tersebut di daerah Kalimantan Utara, sehingga menekan tekanan inflasi di tengah cuaca yang masih kurang baik.
Namun demikian, penurunan inflasi lebih rendah pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sedikit tertahan oleh peningkatan harga pada kelompok komoditas hortikultura. Seperti cabai rawit dan bawang merah seiring dengan gangguan produksi di daerah sentra produksi yang menjadi sumber pasokan Kaltara. Seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan akibat curah hujan yang tinggi.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,70 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 1,65 persen (mtm).
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau tidak diikuti oleh kelompok transportasi, khususnya komoditas angkutan udara.
Hal ini dipengaruhi oleh harga avtur yang meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia serta berlanjutnya kebijakan fuel surcharge pada tiket pesawat hingga Juni 2022.
Selain itu, masih terbatasnya jumlah penerbangan dan maskapai di tengah peningkatan permintaan seiring momen liburan anak sekolah dan hari raya keagamaan juga menjadi faktor pendorong tingginya tekanan inflasi pada komoditas angkutan udara. Komoditas angkutan udara mengalami inflasi sebesar 0,20 persen (mtm), setelah pada bulansebelumnyainflasi0,18 persen (mtm).
Dalamrangka menjaga tingkat inflasi, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus bersinergi dalam melaksanakan program pengendalian harga dalam kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif), serta menjaga ekspektasi inflasi tahun 2022 yang diyakini masih akan berada di sasaran target inflasi 3,0±1 persen.
Selain itu, Bank Indonesia dengan berbagai pihak termasuk Pemda juga terus aktif bersinergi melalui berbagai program termasuk penguatan korporatisasi dan kelembagaan, pengembangan kapasitas produksi, maupun perluasan pasar UMKM pangan dikala pandemi.
Menyikapi perkembangan Penyakit Kuku dan Mulut (PKM) pada sapi dan kerbau yang merebak belakangan ini, TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Wilayah Kaltara bersama OPD terkait akan melakukan pengawasan langsung terhadap pasokan di lapangan dalam waktu dekat untuk memastikan ketersediaan suplai termasuk menjelang Idul Adha.
Selanjutnya, sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan Kaltara di tengah risiko gangguan rantai pasokan, pada Senin (27/6/2022), diinisiasi oleh TPID, Pemerintah Kota Tarakan dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara telah melakukan penandatanganan MoU Kerjasama Antar Daerah (KAD) komoditas sapi potong dan komoditas lainnya yang saling menguntungkan bagi kedua daerah.
MoU ini telah ditindaklanjuti dengan pengiriman awal sebanyak 256 ekor sapi dari Gorontalo Utara ke Tarakan dengan menggunakan armada tollaut.
Ke depan diharapkan kerja sama tersebut juga dapat diimplementasikan tidak hanya sapi potong, tetapi untuk komoditas-komoditas pangan strategis lainnya dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan baik di Provinsi Kalimantan Utaramaupun Gorontalo.
Selain itu, dalam rangka memastikan kesehatan ternak yang akan digunakan pada Hari Raya Idul Adha, Pemprov Kaltara telah melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga ketersediaan pasokan daging sapi, dan mencegah masuknya PKM ke Kaltara.
Pemprov melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) bekerjasama dengan dinas terkait di kabupaten/kota secara konsisten melakukan pemantauan dan pengetatan lalulintas hewan ternak serta surveillance dan uji lab.
Pemerintah daerah juga melarang mendatangkan sapi dan ikutannya dari daerah tertular melalui surat edaran. Selain itu, sapi yang akan didatangkan dari luar Tarakan juga perlu dilakukan karantina terlebih dahulu di daerah asal selama 14 hari.
Pada tahun 2022 inflasi diprakirakan berada pada rentang sasarannya 3,0±1 persen. Prakiraan ini utamanya disebabkan oleh permintaan domestik yang diprakirakan membaik dan transmisi harga global ke domestik yang berlanjut di tengah ekspektasi inflasi dan nilai tukar yang terjaga.
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya. Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah tersebut terutama ditujukan untuk mengantisipasi risiko inflasi komoditas pangan strategis, baik pada kelompok Volatile Food (VF) maupun kelompok inti, dari kemungkinan adanya gangguan pasokan dan distribusi yang berasal baik dari global maupun domestik.
Bank Indonesia juga terus mencermati perkembang an terkini mengenai beberapa risiko eksternal. Seperti dampak perang Rusia-Ukraina, proteksionisme pangan di beberapa negara di dunia, percepatan FFR, disrupsi rantai pasokan, serta risiko stagfalsi terhadap perkembangan inflasi di Kalimantan Utara.
Menyikapi berbagai kondisi tersebut, kebijakan moneter Bank Indonesia akan tetap konsisten dalam mengelola ekspektasi inflasi sesuai sasaran. Di samping itu sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus difokuskan untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai bagian dari upaya mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). (Mk90)
Leave a Reply