TARAKAN, mediakaltara.com – Adanya laporan masyarakat pesisir, terkait masuknya perusahaan asing tanpa izin membeli rumput laut Petani secara langsung. Dinas Pangan, Peternakan, dan Perikanan (DPPP) dalam waktu dekat segera melakukan kroscek lapangan untuk mengetahui kebenaran tersebut.
Usai pertemuan di ruang rapat Walikota Tarakan, Pendamping pengusaha rumput Laut Pantai Amal dan Tanjung Pasir, Rifai mengungkapkan, pertemuan ini merupakan tindak lanjut hasil laporan yang disampaikan ke Pemerintah kota (Pemkot).
“Memang kalau pengusaha asing langsung turun jelas mengganggu pengusaha lokal, karena pengusaha asing langsung ekspor ke China. sementara pengusaha lokal ini dari petani, harus ke Surabaya dulu, baru ekspor ke China. Tentu harganya berbeda, pada prinsipnya kita menginginkan harga rumput laut mahal, namun harus di lihat juga dampaknya ke pengusaha lokal. Misal pengusaha asing bisa menjual lebih mahal mencapai Rp 19 ribu sampai Rp.20 ribu perkilonya, karena langsung ekspor ke dapurnya (China, red), sehingga kita tidak dapat bersaing dengan harga Rp 17 ribu,” terangnya, Sabtu (24/8/2019).
Menurutnya, jika ada pengusaha luar yang ikut turun jangan langsung ke dapur, paling tidak ada kerjasama dengan pengusaha lokal, sehingga bisa sama-sama dapat keuntungan
“Kalau dengan cara mereka seperti itu jelas melanggar peraturan di negara kita ini. Respon Pemkot sudah bagus, kita di minta untuk membuat surat terkait pembentukan asosiasi. Mungkin dari sana mengatur kedepannya pengusaha luar dan lokal bisa berjalan sama-sama,” ungkap Rifai.
Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan di DPPP Tarakan, Husna Ersan Dirgantara menuturkan, pertemuan ini hanya penyampaian keluahan nelayan, yang nantinya akan ada pertemuan lanjutan lagi.
“Soal rumput laut yang di permasalahkan itu, adanya warga negara asing yang membeli rumput laut secara langsung ke petani tanpa izin. Makanya nanti kita turun kelapangan dan melakukan kroscek. kita kan ada peraturan soal perdagangan dan ke Imigrasian, jika memang melanggar akan kita proses hukum. Mungkin warga negara asing ini melihat kualitas rumput laut kita bagus, makanya masuk. Seharusnya ijin dulu, atau bekerjasama dengan pengusaha lokal,” bebernya, kepada mediakaltara.com.
Dengan harga rumput laut saat ini, kata Ersan, produksinya terus mengalami peningkatan biasanya hanya 1.300 ton perbulan, namun sekarang bisa mencapai 1.600 ton perbulan.
Ersan mengaku, saat ini agak terganggu karena sedang musim gelombang, sehingga banyak rumput laut yang rontok, dan ada juga terkena bakteri yang sudah menyebar.
“Munculnya bakteri ini, disebabkan dari koleksa air, karena jumlah bentangan bertambah tapi asupan makanannya kurang. biasanya yang mudah terkena bakteri itu rumput laut yang tidak terkena arus gelombang, jadi nanti kami bantu untuk lakukan peremajaan,” ucapnya. (rt20)
Leave a Reply